Profil Desa Karangasem
Ketahui informasi secara rinci Desa Karangasem mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.
Tentang Kami
Profil Desa Karangasem, Kertanegara. Sebagai desa dengan kepadatan penduduk ekstrem, Karangasem bertransformasi menjadi `desa-kota`, di mana keterbatasan lahan dijawab dengan geliat masif industri rumahan, perdagangan, dan inovasi kelembagaan BUMDes.
-
Fenomena Hiper-densitas dan Karakter Urban
Memiliki salah satu tingkat kepadatan penduduk tertinggi di Purbalingga, menampilkan ciri-ciri sosial dan ekonomi layaknya sebuah kota kecil atau lingkungan urban yang padat.
-
Ekonomi Bertumpu pada Industri dan Jasa
Keterbatasan lahan pertanian yang ekstrem telah mendorong struktur ekonomi desa secara total ke sektor industri rumahan (khususnya rambut palsu), perdagangan, dan jasa.
-
Inovasi Kelembagaan Desa
Keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi tulang punggung strategis dalam mengelola aset terbatas dan menciptakan peluang ekonomi baru untuk mengatasi tantangan kepadatan.

Jauh dari citra perdesaan yang identik dengan hamparan sawah, Desa Karangasem di Kecamatan Kertanegara menyajikan sebuah potret yang sama sekali berbeda. Desa ini merupakan sebuah fenomena demografis, sebuah `desa-kota` di mana ribuan jiwa hidup dalam area yang sangat terbatas. Keterbatasan lahan yang ekstrem tidak membuat warganya menyerah, melainkan memicu lahirnya sebuah ekosistem ekonomi yang unik dan dinamis, bertumpu sepenuhnya pada kekuatan sumber daya manusia, industri rumahan dan inovasi kelembagaan.
Kisah Desa Karangasem ialah tentang adaptasi dan kreativitas dalam menghadapi tekanan populasi. Di sini, denyut kehidupan tidak diukur dari musim tanam, tetapi dari deru mesin jahit dan kesibukan di gang-gang sempit yang menjadi urat nadi produksi. Dengan mengandalkan industri padat karya dan kelembagaan desa yang proaktif, Karangasem menunjukkan bagaimana sebuah desa dapat berkembang dan bertahan dengan model ekonomi non-agraris.
Geografi dan Demografi: Potret Hiper-densitas di Perdesaan
Secara geografis, Desa Karangasem merupakan salah satu desa dengan wilayah terkecil di Kecamatan Kertanegara. Luas total wilayahnya tercatat hanya 116,27 hektar atau sekitar 1,16 kilometer persegi. Namun di atas lahan yang sempit ini, hidup komunitas yang sangat besar.
Menurut data kependudukan terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Karangasem dihuni oleh 3.315 jiwa, yang terdiri dari 1.675 penduduk laki-laki dan 1.640 penduduk perempuan. Kombinasi antara luas wilayah yang kecil dan jumlah penduduk yang besar menghasilkan tingkat kepadatan yang ekstrem, yakni mencapai 2.851 jiwa per kilometer persegi. Angka ini jauh melampaui rata-rata kepadatan di wilayah perdesaan lainnya dan bahkan menyaingi kepadatan di beberapa kawasan perkotaan.
Adapun batas-batas wilayah administrasi Desa Karangasem adalah sebagai berikut:
- Sebelah UtaraBerbatasan dengan Desa Kertanegara
- Sebelah TimurBerbatasan dengan Desa Kertanegara
- Sebelah SelatanBerbatasan dengan Desa Kertanegara
- Sebelah BaratBerbatasan dengan Desa Kertanegara
Desa Karangasem dapat diakses dengan kode pos 53351 dan kode wilayah administrasi dari Kemendagri 33.03.18.2009. Pemandangan di desa ini didominasi oleh permukiman yang sangat rapat, dengan gang-gang sempit dan hampir tidak menyisakan ruang terbuka hijau. Kondisi hiper-densitas ini menjadi faktor fundamental yang membentuk seluruh aspek kehidupan desa.
Transformasi Ekonomi: Ketika Lahan Bukan Lagi Tumpuan Utama
Nyaris nihilnya lahan pertanian yang produktif telah memaksa Desa Karangasem untuk melakukan transformasi ekonomi secara total. Warganya tidak lagi menggantungkan hidup pada cangkul dan sawah, melainkan pada keterampilan tangan dan kejelian melihat peluang di sektor lain.
1. Industri Rumahan sebagai Jantung Produksi Tulang punggung utama ekonomi Desa Karangasem ialah industri rumahan (home industry), khususnya yang terkait dengan produk rambut palsu dan bulu mata. Industri ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dari Purbalingga dan Karangasem menjadi salah satu basis produksinya. Pola kerja industri ini sangat cocok dengan kondisi desa: perusahaan pemasok mengirimkan bahan baku, lalu dikerjakan oleh warga—terutama ibu rumah tangga—di rumah mereka masing-masing. Model ini memungkinkan perputaran ekonomi terjadi di tingkat rumah tangga, memberikan penghasilan tambahan yang signifikan tanpa menuntut mobilitas tinggi dari para pekerjanya.
2. Perdagangan dan Jasa sebagai Denyut Kehidupan Kepadatan penduduk yang tinggi secara otomatis menciptakan pasar yang besar dan aktif. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ribuan warganya, sektor perdagangan dan jasa tumbuh subur. Warung kelontong, toko sembako, kedai makanan, hingga berbagai penyedia jasa seperti perbengkelan dan penjahit, tersebar di seluruh penjuru desa. Aktivitas ekonomi ini memastikan uang berputar di dalam komunitas, menciptakan lapangan kerja, dan menjadikan desa lebih mandiri dalam memenuhi kebutuhannya.
3. Mobilitas Tenaga Kerja Sebagai konsekuensi logis dari struktur ekonomi lokal, banyak penduduk usia produktif yang bekerja di luar desa. Mereka menjadi tenaga kerja komuter yang setiap hari berangkat ke pusat-pusat ekonomi di Kecamatan Kertanegara atau ibu kota kabupaten di Purbalingga. Sebagian lainnya bahkan menjadi tenaga kerja migran, bekerja di kota-kota besar atau di luar negeri, yang kemudian mengirimkan remitansi untuk membantu perekonomian keluarga di desa.
BUMDes: Inovasi Kelembagaan untuk Mengelola Aset Desa
Dalam kondisi keterbatasan sumber daya alam, inovasi kelembagaan menjadi kunci. Pemerintah Desa Karangasem, di bawah kepemimpinan Kepala Desa Maryoto, menyadari hal ini dan menjadikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai alat strategis untuk mengelola aset dan menciptakan nilai tambah bagi warga.
BUMDes di Karangasem tidak berfokus pada pengelolaan lahan pertanian, melainkan pada pemanfaatan aset-aset yang ada di tengah lingkungan padat. Beberapa unit usaha potensial yang dikembangkan meliputi:
- Pengelolaan Aset DesaMenyewakan bangunan milik desa, seperti balai pertemuan atau kios-kios desa, untuk kegiatan komersial atau sosial.
- Jasa Pelayanan DasarMengelola unit usaha seperti penyediaan air bersih melalui program PAMSIMAS atau mendirikan Bank Sampah untuk mengatasi masalah limbah domestik sekaligus memberikan nilai ekonomi dari sampah.
- Unit Usaha PerdaganganBUMDes dapat bertindak sebagai pemasok atau distributor barang-barang kebutuhan pokok untuk warung-warung di desa, sehingga menciptakan rantai pasok yang lebih efisien dan menguntungkan.
"Di tengah keterbatasan kami, BUMDes adalah cara kami untuk berpikir kreatif. Kami harus menciptakan nilai ekonomi dari aset yang kami miliki, sekecil apapun itu, agar manfaatnya bisa kembali dirasakan oleh seluruh masyarakat," ungkap salah seorang perangkat desa.
Dinamika Sosial dalam Lingkungan Padat
Kehidupan sosial di lingkungan hiper-densitas seperti Desa Karangasem memiliki dua sisi mata uang. Di satu sisi, jarak fisik yang dekat menumbuhkan ikatan sosial yang erat. Informasi menyebar dengan cepat, kontrol sosial berjalan secara alami, dan semangat kekerabatan serta gotong royong dalam sebuah paguyuban terasa sangat kuat.
Namun di sisi lain, tantangan sosial juga tidak sedikit. Masalah seperti kurangnya privasi, potensi konflik antarwarga akibat gesekan dalam kehidupan sehari-hari, serta tekanan berat pada infrastruktur bersama (seperti drainase dan tempat pembuangan sampah) menjadi isu yang harus dikelola dengan bijaksana.
Peran lembaga kemasyarakatan di tingkat bawah, seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), PKK, dan Karang Taruna, menjadi sangat vital. Mereka berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan motor penggerak kegiatan komunal yang bertujuan menjaga harmoni sosial di tengah lingkungan yang padat. Struktur administrasi desa yang terdiri dari 2 dusun, 4 RW, dan 18 RT bekerja ekstra keras untuk memastikan tatanan sosial tetap terjaga.
Merancang Masa Depan `Desa-Kota` yang Layak Huni
Desa Karangasem merupakan cerminan masa depan yang mungkin akan dihadapi oleh banyak desa lain di Jawa: urbanisasi yang terjadi di dalam batas-batas administratif desa. Keberhasilannya dalam beradaptasi patut diapresiasi, namun tantangan ke depan tetap besar. Isu utama ialah bagaimana merancang dan menjaga agar `desa-kota` ini tetap menjadi lingkungan yang layak huni, sehat, dan sejahtera.
Fokus pembangunan di masa depan harus diarahkan pada solusi-solusi inovatif untuk masalah perkotaan, seperti sistem pengelolaan limbah komunal yang modern, penciptaan ruang-ruang publik vertikal atau multifungsi, serta program peningkatan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di sektor jasa dan industri kreatif. Dengan terus mengandalkan modal sosialnya yang kuat dan inovasi dalam tata kelola, Desa Karangasem berpotensi menjadi laboratorium sosial sekaligus model bagi pengembangan wilayah perdesaan padat penduduk di Indonesia.